Serba-serbi Vaksin Hepatitis pada Anak (Dr. Yovita Ananta, Sp.A, MHSM) Print

Sumber majalah : RS Pondok Indah Health First, vol 14, April-Juni 2011, Jakarta Selatan

Ditulis oleh : Dr. Yovita Ananta, Sp.A, MHSM , Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah & RS Puri Indah.


APA, KAPAN, dan BAGAIMANA MEMPEROLEHNYA.

 
Anak yang
mendapat
vaksin tidak
lengkap
dapat segera
melengkapinya
tanpa harus
mengulang
pemberian dari
awal.
Indonesia masih merupakan negara dengan angka kejadian infeksi virus hepatitis B dan A cukup tinggi. Meski kedua penyakit ini dapat menyebabkan peradangan pada hati (liver), namun sebenarnya dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi. Vaksin hepatitis yang telah tersedia saat ini adalah vaksin hepatitis B (termasuk program imunisasi dasar) dan hepatitis A.
 
Hepatitis B adalah penyakit infeksi yang mengenai hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis. Penyakit akut (jangka pendek) ditandai dengan demam, muntah, diare, kurang nafsu makan, lelah, nyeri di otot, sendi, perut, dan warna kuning di mata atau kulit.
 
Penyakit akut lebih umum dijumpai pada dewasa. Sebagian orang dapat memiliki infeksi kronis hepatitis B tanpa gejala yang khas, namun infeksi kronis ini dalam jangka panjang dapat berhubungan dengan kerusakan hati (sirosis) dan kanker hati. Infeksi kronis ini lebih umum ditemukan pada bayi dan anak. Orang yang terinfeksi hepatitis B dapat menyebarkan virus tersebut, walaupun tidak terlihat sedang sakit.

Virus hepatitis B menular melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain orang yang sedang terinfeksi. Seorang anak dapat terinfeksi misalnya karena lahir dari ibu yang menderita infeksi hepatitis B, kontak dengan darah atau cairan tubuh lain melalui kulit yang luka, pemakaian sikat gigi bersama, dan transfusi darah. Vaksinasi hepatitis B telah berhasil mencegah hepatitis B dan komplikasinya, termasuk  kanker hati dan sirosis. Sejak pemberian vaksinasi hepatitis B rutin di Amerika, angka kejadian hepatitis B di anak telah berkurang lebih dari 95%.

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI ) tahun 2010 menganjurkan pemberian vaksin hepatitis B sebanyak 3 kali, dengan jadwal segera setelah lahir, usia 1 bulan, usia 6 bulan. Vaksin ini dapat diberikan bersamaan/simultan dengan vaksin lain seperti BCG, DPT, Polio, Hib, dan PCV. Anak  atau remaja yang belum pernah mendapat vaksin hepatitis B pada umur yang dianjurkan dapat segera mendapat pemberian vaksin tersebut sebanyak 3 dosis interval 0, 1, 6 bulan. Anak yang mendapat vaksin tidak lengkap (baru 1 atau 2 dosis) atau jadwal tidak teratur dapat segera melengkapinya tanpa harus mengulang pemberian dari awal. Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi hepatitis B (HBsAg positif) dianjurkan mendapatkan imunisasi pasif berupa antibodi terhadap hepatitis B (HBIg) dalam waktu 12-24 jam setelah lahir, selain pemberian imunisasi aktif (vaksin Hepatitis B).
 
Vaksin hepatitis B sangat aman, namun sama seperti semua obat, vaksin ini memiliki risiko terjadi efek samping. Efek samping ringan yang dapat terjadi antara lain nyeri atau bengkak di tempat suntikan, atau demam ringan yang biasanya terjadi dalam 1-2 hari pertama setelah vaksin diberikan. Reaksi alergi berat sangat jarang dilaporkan. Pemberian vaksin pada bayi prematur atau berat lahir kurang dari 2.000 gram dapat ditunda sampai bayi memiliki berat minimal 2.000 gram. Anak dengan riwayat alergi berat terhadap vaksin atau komponen vaksin hepatitis B tidak dianjurkan mendapatkan vaksin ini. Anak yang sedang sakit sedang atau berat dianjurkan menunda imunisasi sampai setelah pulih. Anak dengan sakit ringan seperti batuk-pilek (common cold)  tetap boleh mendapat vaksin ini.
 
 
Hepatitis A

Hepatitis A merupakan penyakit yang menyerang hati (liver), disebabkan infeksi virus hepatitis A (VHA). Virus ini ditemukan dalam tinja orang yang terkena infeksi VHA, dapat menyebar melalui kontak dekat atau karena makan makanan/minuman yang mengandung VHA. Penyakit hepatitis A awalnya bergejala seperti sakit flu, yaitu antara lain demam, lemas, kurang nafsu makan, disertai mual, nyeri perut, diare, dan warna kuning di mata dan kulit. Sebagian penderita hepatitis A perlu dirawat di rumah sakit misalnya karena kerusakan hati yang berat. Vaksin hepatitis A dapat mencegah penyakit ini.
 
Sesuai jadwal imunisasi terbaru (2010) yang dikeluarkan oleh IDAI , imunisasi hepatitis A diberikan 2 kali sejak usia 24 bulan, dengan jarak 6-12 bulan. Di Amerika, imunisasi sudah mulai diberikan sejak usia 1 tahun, sebanyak 2 kali dengan jarak 6 bulan. Imunisasi ini juga dapat diberikan secara bersamaan/simultan dengan imunisasi lain, misalnya dengan Typhoid, Varicella, DPT, dan Polio. Semua anak di atas usia 2 tahun yang belum pernah mendapat imunisasi ini sebanyak 2 dosis dapat segera mendapatkannya.
 
Vaksin ini sangat jarang menimbulkan reaksi yang serius. Mendapatkan imunisasi ini jauh lebih aman dibandingkan kemungkinan menderita penyakitnya. Efek samping yang mungkin terjadi antara lain nyeri di tempat bekas suntikan, kurang nafsu makan, sakit kepala (lebih umum pada dewasa daripada anak) yang biasanya terjadi dalam 1-2 hari. Sama seperti imunisasi hepatitis B, anak dengan riwayat alergi berat terhadap
vaksin maupun komponennya tidak dianjurkan menerima vaksin ini. Anak yang sedang menderita sakit sedang atau berat dianjurkan menunda imunisasi sampai sembuh dari penyakitnya. Anak dengan sakit ringan biasanya dapat tetap menerima vaksin.
 
 
----- End