Sekilas Yayasan
Informasi
- Artikel-Seputar Hepatitis
- Artikel-Sirosis Hepatis
- Artikel-Perawatan Hepatitis
- Artikel-Vaksin dan Imunisasi
- Article in English
- Info Hepatolog Jakarta
- Info Hepatolog Cilegon
- Info Hepatolog Bandung
- Info Hepatolog Surabaya
- Info Hepatolog Malang
- Info Hepatolog Denpasar
- Info Hepatolog Medan
- Info Hepatolog Makassar
- Info Hepatolog Yogyakarta
- Info Hepatolog Solo
- Info Hepatolog Semarang
- Info Hepatolog Palembang
- Info Hepatolog Jambi
- Info Hepatolog Pekanbaru
- Kumpulan Liputan TV
- Tentang B-care
- Kegiatan Yayasan
- Kegiatan Berbagi
- DONASI
Artikel Bebas
VHB Bermutasi, Potensi gagalkan vaksinasi (FK Universitas Airlangga) |
![]() |
![]() |
Sumber : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga , 23 Juli 2010 ![]() Belum tuntas dengan jumlah penderita Infeksi virus hepatitis B (VHB)nya yang tak kunjung menurun, penyebab lain gagalnya tujuan Vaksinasi lain disinyalir karena munculnya “Vaccine-induced escape” atau kemampuan VHB untuk bermutasi sehingga menyebabkan virus tersebut kebal terhadap reaksi vaksin.
Hal tersebut dipaparkan oleh Prof. Maria Inge Lusida, dr., M.Kes., Ph.D., Sp.MK Guru Besar Unair ke -388 dari Fakultas Kedokteran Unair dalam jumpa press kemarin (3/7) di ruang Gedung Rektorat Universitas Airlangga sebagai bagian dari agenda menjelang acara pengukuhan Guru Besar Universitas Airlangga yang sedianya akan diselenggarakan esok pagi (24/7) di Gedung Rektorat Kampus C Unair. Melalui orasinya berjudul “ Peran Pemeriksaan Berbasis Biologi Molekuler dalam Upaya Penanggulangan Hepatitis B di Indonesia” Ia menjelaskan terdapat sebagian kecil penderita hepatitis B dengan kondisi “Vaccine-induced escape”. Kondisi tersebut bisa terjadi karena adanya tekanan selektif akibat reaksi vaksinasi sehingga menyebabkan timbulnya beberapa varian atau mutan baru yang kemudian mampu meloloskan diri dari proses netralisasi antibodi yang muncul pada proses vaksinasi. Dapat dipastikan kondisi tersebut berpotensi menggagalkan sistem kerja Vaksin yang bekerja menekan perkembangbiakan virus VHB secara permanen dari tubuh penderita , mengingat vaksin tidak lagi bekerja efektif dalam mencegah infeksi oleh mutan ini , sehingga menyebabkan mutan tersebut tak terdeteksi pada proses scrining rutin dengan menggunakan HBsAg, sehingga berakibat pada transmisi VHB ke manusia Lain. “seperti halnya sifat alami semua makhluk yang berusaha ingin mempertahankan diri, karena virus tersebut ditekan oleh antibodi yang timbul akibat vaksinasi, maka menyebabkan sebagian virus mati , namun sebagian lain mencoba mempertahankan diri dengan cara bermutasi lalu kemudian meloloskan diri dari reaksi antibodi”ungkapnya. Prof. Maria yang merupakan salah satu anggota peneliti di Rumah Sakit Pendidikan dan Penyakit Tropik Universitas Airlangga menjelaskan Sebenarnya permasalahan tersebut bisa diantisipasi menggunakan pemeriksaan berbasis Biologi Molekuler (DNA), selain dapat dimanfaatkan sebagai monitor terapi, melalui pemeriksaan HBV DNA Kuantitatif tersebut sekaligus mengidentifikasi pasien dengan VHB yang resisten terhadap obat antiviral. “Dalam penggunaan biologi Molekuler ini, bila antigennya diketahui negatif, maka dengan pemeriksaan Spesifik molekuler dapat diketahui jelas keberadaan virus sekalipun virus itu telah bermutasi, hanya saja pemeriksaan molekuler tersebut masih dilakukan di laboratorium tertentu”ungkapnya. Paling Efektif di Suntik Setelah Lahir Dibandingkan dengan angka progresifitas penderita hepatitis B pada saat anak berusia 1-5 tahun sebesar 20-50% dan kurang dari 5% terinfeksi pada saat dewasa, angka progresifitas dari Infeksi VHB akut menjadi kronis ini tertinggi dialami pada saat perinatal yakni sebesar 90%, dimana kebanyakan anak tertular virus VHB dari ibunya ketika masih berada didalam kandungan. Kondisi diperparah dengan masih ditemukannya proporsi cukup besar persalinan yang dilakukan dirumah , tanpa didampingi oleh petugas yang bisa memberikan injeksi secara langsung. Dan hal tersebut banyak ditemui di beberapa daerah diluar jawa. Tentu, Kondisi tersebut yang kemudian memicu rendahnya cakupan vaksinasi hepatitis B. “beberapa kendala tersebut lebih banyak di temui di luar Jawa, kalo di daerah perkotaan masyarakatnya jauh lebih mudah menerima informasi kesehatan, dan sudah banyak masyarakat yang memahami bagaimana tepatnya injeksi tersebut diberikan untuk anak”ungkapnya. ![]() Dalam persiapan pengukuhan Guru Besar, Selain Prof. Maria Inge Lusida, dr., M.Kes., Ph.D., Sp.MK Guru Besar Unair ke -388 dari Fakultas Kedokteran Unair, dalam acara Pengukuhan Guru Besar Universitas Airlangga yang sedianya akan diselenggarakan esok pagi (24/7/2010) di Gedung Rektorat Kampus C Unair, turut dilantik Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, SH., M.Hum Guru Besar Unair ke 387 dari Fakultas Hukum Unair dan Prof. Dr. Eddy Bagus Wasito, dr., MS., Sp.MK Guru Besar Unair ke -389 dari Fakultas Kedokteran Unair. ------------- End |
Berbagi Bersama Kami
Visitor Counter








![]() | Hari ini | 217 |
![]() | Kemarin | 401 |
![]() | Minggu Ini | 2227 |
![]() | Bulan Ini | 11875 |