banner
banner

Partners

banner
 
 

Artikel Bebas

KANKER HATI The New Epidemic (Hepatocellular Carcinoma) dr. Johannes Sadikin M.D Print E-mail

Sumber : Mayapada Hospital Magazine. Edisi : 02/0409MH

Ditulis oleh : dr. Johannes Sadikin M.D

KANKER HATI (Hepatocellular Carcinoma)

The  new EpiSirosis Hatidemic

Kanker hati, atau dalam bahasa medisnya Hepatocellular Carcinoma (HCC) adalah jenis tumor yang ditemukan di organ hati. Di Amerika Serikat lebih dari 500.000 kasus dijumpai tiap tahunnya dan merupakan kanker ke tujuh terbanyak yang ditemui pada pria dan ke sembilan pada wanita. Walaupun organ yang seringkali diperiksa baik melalui pemeriksaan rutin seperti ultrasonografi ataupun melalui tes darah, ternyata mayoritas kasus hati dijumpai saat stadium sudah lanjut. Hal inilah yang menyebabkan terapi dengan pembedahan sebagian organ liver yang terkena tumor (partial hepatectomy) atau bahkan dengan pencangkokan organ liver yang baru (liver transplantation) menjadi tidak memungkinkan.

Sangat penting untuk melakukan screening yang lebih dini mengingat angka harapan hidup seseorang yang didiagnosa tumor hati untuk bertahan hidup dalam 5 tahun hanyalah kurang dari 5%. Dalam tulisan ini, ditekankan pentingnya mengenali faktor risiko tertinggi seperti infeksi oleh virus dan kebiasaan minum minuman beralkohol yang dapat menyebabkan tumor hati ini. Dengan mengetahui cara penularan virusnya maupun menyadari pola hidup yang salah maka diharapkan kanker hati dapat dicegah sedini mungkin.

Pada masa lalu, kasus kanker hati jarang dijumpai di negara-negara yang maju, namun dalam 30 tahun terakhir ini jumlah kasus baru di beberapa negara seperti Jepang, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa ternyata meningkat secara tajam.

Hepatitis B

Mengapa kasus kanker hati meningkat akhir-akhir ini ?Tidak dapat disangkal Hepatitis B adalah penyebab tertinggi timbulnya kanker hati di daerah yang tinggi prevalensinya seperti di Cina dan Indonesia. Penderita hepatitis B kronis dan pembawa virus hepatitis B (carrier) memiliki risiko terkena kanker hati yang lebih tinggi dari populasi normal. Hal ini dibuktikan pada penelitian di Taiwan, dimana lebih dari 20.000 pria diteliti secara prospektif untuk mengetahui terjadinya kanker hati. Ternyata risikountuk terkena kanker hati pada penderita hepatitis B yang HbsAg-nya positif meningkat lebih dari 100 kali dibandingkan populasi normal. 

Golongan dengan risiko tinggi ini tampaknya terbanyak mengenai penderita yang tinggal di daerah endemi Hepatitis B seperti di Indonesia, dimana penularan lebih banyak terjadi secara vertical (dari ibu ke bayi) divanding penderita yang memperolehnya secara horizontal pada saat dewasa. Di samping dapat menimbulkan kanker hati, hepatitis B kronis juga dapat mengakibatkan Sirosis hati(pengerasan organ hati) akibat reaksi peradangan berulang.
 
Hepatitis C
 
Virus lainnya yang terkenal dapat menyebabkan kanker hati adalah virus Hepatitis C. Virus jenis ini ternyata merupakan penyebab tertinggi kanker hati di negara maju seperti Amerika Serikat 25-55% kasus, 30% di Eropa bagian utara, 75% di Eropa selatan dan 80-90% kasus di Jepang. Perbedaannya dengan hepatitis B dimana kanker hati dapat timbul setiap saat dan pada semua usia, dari seorang carrier sampai dengan penderita sirosis hati, maka pada virus hepatitis C kanker hati hanya dijumpai pada penderita yang sudah masuk stadium sirosis hati. Jelas sekali bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan "tuan rumah" (host) berperan dalam perkembangan kanker hati. Kasus lebih sering dijumpai pada mereka dengan usia yang lebih tua karena diperlukan waktu kurang lebih 20-30 tahun sejak terinfeksi virus hepatitis C hingga menjadi kanker hati. Di samping itu kasus ini lebih sering menimpa pria yang mengkonsumsi alkohol lebih dari 50 gram, koinfeksi(infeksi bersama) dengan hepatitis B, koinfeksi dengan HIV, dan mempunyai berat badan berlebih (overweight).
 
Alkohol
 
Sirosis hati yang disebabkan konsumsi alkohol yang berlebih ternyata merupakan penyebab utama terjadinya kanker hati di usia lanjut. Hal ini didukung oleh data yang dibuat di Amerika Serikat terhadap para veteran. Peribahasa dari Irlandia yang mengatakan "If it is the first drop that kills you, there is no extra harm in drinking the whole bottle" adalah tidak benar. Karena dari berbagai penelitian menunjukan bahwa konsumsi alkohol >50-70 gram per hari dan dalam jangka waktu yang lama ternyata tidak hanya meningkatkan risiko terbentuknya sirosis hati namun juga mempercepat terjadinya sirosis pada penderita hepatitis C dan kanker hati.
 
Idiopatik
 
Antara 15-40% kanker hati ternyata tidak diketahui penyebabnya walaupun sudah dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh. Beberapa penjelasan akhir-akhir ini menyebutkan peranan perlemakan hati - fatty liver disease - yang bukan disebabkan oleh alkohol (NASH = Non Alcohol Steato Hepatitis), dipercaya dapat menyebabkan kerusakan sel hati yang luas yang pada akhirnya menimbulkan sirosis dan kanker hati.
 
Usia
 
Kanker hati pada umumnya jarang terjadi pada mereka yang berusia di bawah 40 tahun. Tetapi bilamana angka kejadiannya cukup tinggi, maka hampir dapat dipastikan penyebabnya adalah virus hepatitis B yang didapat sejak lahir dari ibunya. Penelitian terakhir di negara barat menunjukkan kecenderungan angka terjadinya kanker hati bergeser pada usia yang lebih muda bila dibandingkan dengan beberapa dekade dulu. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peranan hepatitis C kronis dan konsumsi alkohol yang banyak ditemukan di negara-negara yang sudah maju.
 
BAGAIMANA CARA MENCEGAH TIMBULNYA KANKER HATI
 
Vaksinasi
 
Vaksinasi yang dilakukan sejak usia dini ternyata terbukti efektif dan aman dalam hal mencegah timbulnya virus hepatitis B di tubuh. Bilamana seseorang ternyata belum pernah divaksinasi, maka beberapa golongan yang memiliki risiko tinggi tertular virus hepatitis B sebaiknya di vaksinasi. Dalam hal ini termasuk petugas yang berhubungan dengan kesehatan, orang-orang dengan gangguan deviasi seksual baik homo maupun heteroseksual, atau bahkan semua penderita penyakit hati lainnya yang sudah menahun sebaiknya divaksinasi juga.
 
Alkohol
 
Hindari mengkonsumsi alkohol terutama bila mengkonsumsi dalam jumlah banyak dalam jangka waktu lama. Penelitian sekali lagi menunjukan bahwa penderita kronik hepatitis B dan C yang mengkonsumsi alkohol tidak hanya akan mempercepat kerusakan sel-sel hati yang mengarah ke sirosis dan kanker hati, tetapi juga menyebabkan seseorang yang sudah masuk daftar untuk tranplantasi hati dapat ditunda rencana operasinya sampai terlepas dari pengaruh alkohol.
 
Terapi dengan antiviral dan efeknya terhadap kanker hati
 
Ini adalah isu kontroversial. Hal ini karena kebanyakan kasus kanker timbul pada organ liver yang sudah mengalami sirosis, karena itu terapi yang diberikan sebelum terjadinya sirosis hati jelas akan menurunkan risiko timbulnya kanker hati. Hal ini didukung oleh data hasil penelitian baik secara prospektif maupun retrospektif dari negara Jepang dan Perancis. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bila seseorang terkena hepatitis C kronik di usia muda, saat diterapi mampu menghilangkan virusnya dengan cepat dan hasil laboratorium darah  menunjukkan perbaikan fungsi liver, maka golongan ini biasanya memberikan respons yang baik dengan terapi. 
 
Screening
 
Adakah manfaat melakukan screening secara berkala untuk mendeteksi kanker hati ?. Perkataan screening lebih banyak ditujukan untuk orang dengan kondisi kesehatan rata-rata tanpa ada faktor risiko seperti pengidap hepatitis virus B, C maupun alkoholik. Screening ternyata kurang bermanfaat dan tidak dianjurkan untuk orang tanpa latar belakang faktor risiko seperti disebutkan di atas, karena angka kejadian terjadinya kanker hati relatif jarang. Tetapi bila seseorang mengidap penyakit liver yang kronis termasuk dalam hal ini adalah sirosis hati maka risiko untuk terkena kanker hati jauh lebih tinggi dari populasi normal, maka fungsi screening atau surveilan menjadi sangat vital dan wajib dilakukan secara berkala. Tujuannya adalah mendeteksi adanya pertumbuhan kanker pada saat dini, mengingat pilihan terapi termasuk pembedahan (reseksi) maupun transplantasi menjadi tidak dimungkinkan bila ukurannya melewati batas yang sudah ditetapkan.
 
Tumor Marker (AFP)
 
Seringkali para dokter mengalami kendala dalam menjawab pertanyaan apabila melihat hasil AFP di atas normal tetapi masih di bawah 100ng/ml. Beberapa penderita dengan viral hepatitis kronis baik B maupun C dan sirosis hati seringkali memberikan nilai AFP di atas nilai normal yang jelas bukan menunjukkan kanker hati. Kondisi lainnya seperti kehamilan juga dapat memberikan hasil AFP di atas normal. Ironisnya, lebih dari 30% kasus kanker hati memberikan hasil AFP yang normal. Karena itu pemanfaatan pemeriksaan AFP secara tunggal tanpa pemeriksaaanpenunjang lainnya sebaiknya dihindarkan.
 
Ultrasonografi (USG)
 
Beberapa faktor sangat berperan pada peniliaian hasil USG, Termasuk di sini adalah ketrampilan operator saat menggunakan alat USG, ukuran tubuh penderitakarena ukuran seseorang yang semakin gemuk akan semakin sulit menilai kualitas gambar USG yang dihasilkan. Terutama untuk menemukan kanker hati stadium dini atau awal. Hal ini sangat menyulitkan operator untuk mendeteksi tumor dibawah 3 cm atau tumornya tersebar di seluruh organ hati. Strategi yang dilakukan oleh dokter adalah bilamana hasilnya mencurigakan disertai dengan nilai AFP yang tinggi maka tindakan selanjutnya dilakukan CT-scan atau MRI.
 
Penanganan Kanker Hati
 
Seringkali timbul pertanyaan dari keluarga pasien atau pasien sendiri, apakah perlu dilakukan biopsi pada kasus yang diduga kanker hati. Jawabannya adalah "tidak perlu" bila dari hasil CT-scan atau MRI mendukung gambaran ke arah kanker hati dan AFP > 400-500ng/ml.
 
Apakah tumor dapat di reseksi (dibedah sebagian) ?
Pada saat reseksi tumor dipertimbangkan untuk dilakukan terhadap seseorang, kebanyakan kasus sudah terlambat atau tidak memungkinkan lagi dilakukan tindakan tersebut karena ukuran tumor yang terlalu besar. Selain itu, biasanya pasien tersebut sudah memiliki sirosis hati lanjut yang mana bila dilanjutkan dengan operasi akan mengakibatkan kegagalan fungsi liver. Karena itu reseksi/bedah organ hati hanya cocok untuk mereka dalam stadium awal dari sirosis hati dan ukuran tumor < 10 cm. Perlu diingat bahwa walaupun pembedahan berhasil dilakukan, kemungkinan untuk tumbuh kembali tumornya adalah 30-40% dalam 3 tahun kedepan.
 
Bagaimana dengan transplantasi hati ?
Transplantasi hati merupakan terapi yang terbaik. Hal ini masih dimungkinkan bila ukuran tumor < 5 cm; atau maksimum 3 tumor kecil dengan jumlah total ukuran < 8 cm dan tidak tanda-tamda penyebaran ke organ lainnya. Kendala yang dihadapi oleh para pasien adalah selain biaya yang cukup mahal, juga waktu tunggu untuk operasinya yang cukup lama. Ini disebabkan oleh keterbatasan organ donor. Yang dikhawatirkan adalah bila menunggu terlalu lama maka tumor tersebut akan bertambah besar sehingga menjadi lebih sulit atau bahkan tidak dapat ditransplantasi (drop-out). Teknik baru yang sudah dikembangkan saat ini untuk mengatasi keterbatasan organ donor dan upaya untuk "membeli" waktu yaitu dengan teknik pemutusan suplai makanan ke jaringan tumor dengan atau tanpa pemberian kemoterapi secara selektif ke daerah tersebut (TACE = Trans Arterial Chemo Embolization) dan Radiofrequency Ablation (RFA). Terapi ini juga dapat digunakan untuk tujuan paliatif dimana para pasien yang sudah tidak dapat mengikuti program tranplantasi atau pembedahan terbatas karena ukuran tumornya terlalu besar, dapat mendapatkan manfaat dari pengecilan ukuran tumornya.
 
Apapun terapi yang dilakukan kecuali penderita tersebut mendapatkan kesempatan untuk transplantasi hati, maka hasilnya tetap jauh dari yang diharapkan. Angka harapan hidup untuk 5 tahun kedepan tetap sangat rendah.

 

Referensi :

  1. El-Serag HB. Global epidemiology of Hepatocellular Carcinoma. Liver Clin N America 2001;5:87-107
  2. El-Serag HB. Mason AC. Rising incidence of Hepatocellular Carcinoma in the United State. N Engl J Med 1999;340:745-750
  3. Beasley RP, Hwang LY, Lin CC, Chein CS. Hepatocellular Carcinoma and Hepatitis B. A Prospective Study of 22,707 men in  Taiwan. Lancet 1981;2:1129-1133
  4. Di Bisceglie AM. Hepatitis C and Hepatocellular Carcinoma. Hepatology 1997;26:34S-38S
  5. Takano S, Yokosuka O, Imazeki F, Tayawa M, Omata M. Incidence of Hepatocellular Carcinoma in Chronic Hepatitis B and C: a Propective Study of 251 patients. Hepatology 1995;21:650-655
  6. Bruix J, Sherman M, Llovet JM, et al, for the EASL panel of expert on HCC. Clinical management of hepatocellular carcinoma. Conclusions of the Barcelona 2000 EASL conference. J hepatol 2001;35:421-430

---- end

 

 

Berbagi Bersama Kami

banner

Partners

Media Sosial

 

Visitor Counter

mod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_counter
mod_vvisit_counterHari ini240
mod_vvisit_counterKemarin392
mod_vvisit_counterMinggu Ini1843
mod_vvisit_counterBulan Ini9612