Sekilas Yayasan
Informasi
- Artikel-Seputar Hepatitis
- Artikel-Sirosis Hepatis
- Artikel-Perawatan Hepatitis
- Artikel-Vaksin dan Imunisasi
- Article in English
- Info Hepatolog Jakarta
- Info Hepatolog Cilegon
- Info Hepatolog Bandung
- Info Hepatolog Surabaya
- Info Hepatolog Malang
- Info Hepatolog Denpasar
- Info Hepatolog Medan
- Info Hepatolog Makassar
- Info Hepatolog Yogyakarta
- Info Hepatolog Solo
- Info Hepatolog Semarang
- Info Hepatolog Palembang
- Info Hepatolog Jambi
- Info Hepatolog Pekanbaru
- Kumpulan Liputan TV
- Tentang B-care
- Kegiatan Yayasan
- Kegiatan Berbagi
- DONASI
Artikel Bebas
Hubungan Kadar Alfa Feto Protein Serum Dan Gambaran USG Pada Karsinoma Hepatoseluler (Thariqah Salamah, J. Adji Suroso) |
Sumber : Jurmal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro No.2 Januari - Juni 2006 Ditulis : Thariqah Salamah 1), J. Adji Suroso 2) 1). Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRACT
Background: Ultrasonography (USG) and alpha fetoprotein (AFP) serum level are frequently used to diagnose hepatocellular carcinoma (HC). The aim of this study was finding the correlation between serum AFP level and USG image in HC. Methods: This was analytical cross sectional study, using Mann- Whitney and Chi Square tests followed by Spearman and Contingency Coefficient Correlation tests for analysis. The parameters used for evaluating the USG image were diameter, type, and echo structure of the lesion. Subjects of this research were patients diagnosed with HC, underwent USG and serum AFP level examinations in RSPAD Gatot Subroto Jakarta in 1 January 2004 to 31 December 2004.
Results: There were insignificant diameter, echo structure, and type of lesion differences between high serum AFP level (>200 ng/ml) and low serum AFP level (<200 ng/ml) patients (p>0,05). There were insignificant correlations between serum AFP level and diameter, type, and echo structure of the lesion (p>0,05).
Key Words: Hepatocellular carcinoma, Alpha fetoprotein, USG
ABSTRAK
Latar Belakang : Pemeriksaan penunjang paling umum untuk menegakkan diagnosis karsinoma hepatoseluler (KH) adalah USG dan kadar alfa fetoprotein (AFP) serum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar AFP serum dan gambaran USG pada KH.
Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan belah lintang, dengan uji Mann-Whitney dan Chi square dilanjutkan uji korelasi Spearman dan koefisien kontingensi antara kadar AFP serum dan ukuran lesi, kadar AFP serum dan jenis lesi, serta kadar AFP serum dan ekostruktur lesi. Sampel penelitian adalah penderita yang didiagnosis KH, yang menjalani pemeriksaan USG dan kadar AFP serum di RSPAD Gatot Subroto Jakarta dalam kurun waktu 1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2004. Hasil : Didapatkan perbedaan diameter, ekostruktur, dan jenis lesi yang tidak signifikan antara penderita dengan kadar AFP tinggi (>200 ng/ml) dan rendah (≤200 ng/ml), dimana p>0,05. Juga didapatkan korelasi yang tidak signifikan antara kadar AFP serum dan diameter, ekostruktur serta jenis lesi (p>0,05). Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan diameter, ekostruktur, dan jenis lesi yang signifikan antara penderita KH dengan kadar AFP serum tinggi dan rendah. Kadar AFP serum tidak menunjukkan korelasi yang signifikan dengan ukuran, jenis, dan ekostruktur lesi KH yang tampak pada pemeriksaan USG. Kata Kunci : Karsinoma hepatoseluler, Alfa fetoprotein, USG
Karsinoma hepatoselular (KH) atau Hepatoma merupakan keganasan primer pada hepar yang paling sering ditemui, 90-95% dari seluruh tumor hepar primer. Kanker ini menduduki peringkat keempat terbanyak di dunia dan menyebabkan hampir 250.000 kematian per tahun. Di Asia dan Sub-Sahara Afrika insidensi tahunan KH mencapai 500 kasus per 100.000 penduduk.1-3 Pada umumnya diagnosis KH terlambat ditegakkan, disebabkan awalnya hanya timbul keluhan tidak jelas atau bahkan tanpa keluhan sama sekali, sehingga pasien tidak menyadari sampai ukuran tumor menjadi besar dan lanjut. Selain itu, pada penderita sirosis, gejala dan tanda KH dapat menyerupai gejala dan tanda progresi sirosis tersebut.1,3-5 Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat diperlukan untuk menegakkan diagnosis KH. Pemeriksaan radiologi dan laboratorium juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis, dan diantara pemeriksaan penunjang tersebut, yang paling umum digunakan adalah ultrasonografi (USG) dan AFP serum.1,2,4 AFP adalah salah satu petanda tumor yang paling umum digunakan pada KH. Kadar AFP meningkat pada 70-90% penderita KH. Pada KH yang memproduksi AFP, ditemukan Ephrin A1, yang merupakan suatu faktor angiogenik, sebagai gen yang diekspresikan secara berlebihan. Ephrin A1 mempengaruhi pertumbuhan sel pada KH dengan cara menginduksi ekspresi gen-gen yang berhubungan dengan siklus sel (p21), angiogenesis (angiopoietin 1 dan thrombospondin 1), serta interaksi antar sel (rho, integrin, dan matrix metalloprotein). Pada KH dengan kadar AFP tinggi, ditemukan seluruh sel tumor saling berhubungan erat dan banyak mengandung Retikulum Endoplasma Kasar, mitokondria, dan Kompleks Golgi. Kadar AFP yang meningkat terutama diasosiasikan dengan prognosis yang buruk seperti tumor berukuran besar, invasi vaskular, dan rekurensi dini. 1,6- 8 Gambaran USG keganasan primer pada hepar dapat dibagi menjadi bentuk nodular dan difus. Pada jenis nodular terlihat kelainan yang berbatas tegas dari parenkim hepar sekitarnya. Kelainan ekostruktur pada jenis ini tergantung dari ukuran lesi. Lesi berukuran kurang dari 2 cm seringkali berekostruktur hipoekoik. Dengan bertambahnya diameter, ekostruktur akan menjadi lebih hiperekoik atau campuran, serta dapat dijumpai adanya bagian yang nekrosis atau perdarahan di dalamnya, seringkali ditemui pada yang berekostruktur hiperekoik atau campuran. Gambaran lainnya dapat juga ditemui adanya trombus dalam vena porta atau vena hepatika dan atau cabang-cabangnya yang tampak sebagai suatu struktur yang hiperekoik tanpa bentuk tertentu, besarnyapun tidak tentu, dapat memenuhi lumen vena porta dan cabang-cabangnya atau sebagian saja. Bentuk difus memperlihatkan perubahan ekostruktur di seluruh hepar.9 Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut; Apakah terdapat hubungan antara kadar AFP serum dan gambaran USG pada kasus KH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar AFP serum dan gambaran USG pada KH.
METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan belah lintang, dengan ruang lingkup keilmuan Radiologi dan Patologi Klinik, yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2005, dengan lokasi penelitian Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD) Jakarta. Sampel penelitian ini adalah semua penderita yang didiagnosis KH dan dilakukan pemeriksaan USG serta kadar AFP serum di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta dalam kurun waktu 1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2004. Kriteria inklusi sampel adalah penderita yang didiagnosis KH melalui pemeriksaan fisik (ditemukan pembesaran hepar, massa pada hepar, dan bising hepatik atau friction rub yang menandakan adanya tumor hepar), pemeriksaan USG (ditemukan gambaran nodul soliter atau multipel atau perubahan ekostruktur di seluruh hepar yang menandakan KH jenis difus) dan pemeriksaan kadar AFP serum (ditemukan peningkatan dari nilai normal sebesar 15 ng/ml). Kriteria eksklusi sampel penelitian ini adalah penderita dengan gambaran klinis, USG, dan laboratoris yang sesuai dengan KH yang juga menderita penyakit lain yang dapat menyebabkan kenaikan kadar AFP serum seperti kanker testis, kanker ovarium, kanker traktus biliaris, kanker lambung, kanker pankreas, dan teratoma maligna. Besar sampel ditentukan dengan rumus sampel tunggal, yaitu sebanyak minimal 20 orang penderita. Data penelitian merupakan data sekunder yang diambil dari catatan medik RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Analisis dilakukan dengan menilai perbedaan gambaran USG, yang terdiri dari diameter lesi, ekostruktur lesi, dan jenis lesi, pada kelompok dengan kadar AFP tinggi dan rendah dengan menggunakan uji Mann-Whitney dan Chi Square, dilanjutkan dengan uji Korelasi Spearman dan Koefisien Kontingensi untuk menilai korelasi antar variabel. Data diolah dengan program SPSS 11.0 for Windows.
HASIL Dari catatan medik RSPAD Gatot Subroto Jakarta didapatkan jumlah sampel yang didiagnosis KH, menjalani pemeriksaan USG dan kadar AFP serum dalam kurun waktu 1 Januari 2004–31 Desember 2004 sebanyak 27 kasus. Dari penelitian, didapatkan bahwa dari 27 penderita yang memenuhi kriteria inklusi untuk dijadikan sampel, 9 orang penderita (33,3%) memiliki kadar AFP serum >200 ng/ml. Sedangkan 18 orang penderita (66,7%) memiliki kadar AFP serum ≤200 ng/ml. Nilai cut off point sebesar 200 ng/ml dipilih karena memiliki sensitivitas 70% dan spesifitas 100%. 10
Dari 27 penderita yang memenuhi kriteria inklusi untuk dijadikan sampel didapatkan bahwa hasil USG pada 15 orang penderita (55,5%) menunjukkan gambaran KH jenis nodul soliter, 6 orang penderita (22,2%) menunjukkan gambaran KH jenis nodul multipel, dan 6 orang penderita menunjukkan gambaran KH jenis difus. Dari 27 orang penderita yang memenuhi kriteria inklusi untuk dijadikan sampel, gambaran USG pada 8 orang penderita (29,6%) menunjukkan ekostruktur lesi hipoekoik, 6 orang penderita (22,2%) menunjukkan ekostruktur lesi hiperekoik, dan 13 orang penderita (48,2%) menunjukkan ekostruktur lesi campuran. Dari 27 orang penderita yang memenuhi kriteria inklusi untuk dijadikan sampel, didapatkan bahwa 21 orang penderita menunjukkan gambaran KH tipe noduler soliter dan multipel. Distribusi sampel dengan jenis lesi noduler berdasarkan kadar AFP serum dan diameter lesi dapat dilihat pada Gambar 1.
Melalui analisis dengan uji Mann Whitney didapatkan perbedaan diameter lesi yang tidak signifikan antara penderita dengan kadar AFP >200 ng/ml dan penderita dengan kadar AFP ≤200 ng/ml (p>0,05). Sedangkan dengan uji Chi square didapatkan perbedaan yang tidak signifikan antara pasien dengan kadar AFP >200 ng/ml dan ≤200 ng/ml dalam ekostruktur lesi dan jenis lesi (p>0,05). Pada uji korelasi Spearman, didapatkan korelasi sedang yang tidak signifikan antara kadar AFP serum dan diameter lesi dengan r=0,431 dan p= 0,051 (p>0,05). Sedangkan pada uji korelasi Koefisien Kontingensi didapatkan korelasi lemah yang tidak signifikan antara kadar AFP serum dan jenis lesi r=0,220 dan p= 0,502 (p>0,05). Korelasi antara kadar AFP serum dan ekostruktur lesi didapatkan korelasi lemah yang tidak signifikan dengan r= 0,389 dan p= 0,089 (p>0,05).
PEMBAHASAN
AFP merupakan salah satu petanda tumor yang paling umum digunakan dalam mendeteksi KH. Petanda tumor lain yang umum digunakan adalah Lens culinaris agglutinin-reactive AFP (AFP-L3) dan Protein induced by vitamin K absence or antagonist II (PIVKA II). Kombinasi pengukuran dua atau tiga petanda tumor tersebut dapat meningkatkan sensitivitas dan akurasi diagnostik.11
KESIMPULAN
Terdapat perbedaan diameter, ekostruktur, dan jenis lesi yang tidak signifikan antara penderita karsinoma hepatoselular dengan kadar AFP tinggi dan rendah, dan terdapat korelasi yang tidak signifikan antara kadar AFP serum dengan diameter, ekostruktur, dan jenis lesi pada karsinoma hepatoselular.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memasukkan HbsAg, anti-HCV, AFPmRNA, dan DCP sebagai variabel yang mempengaruhi korelasi antara kadar AFP serum dan gambaran USG pada karsinoma hepatoselular.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Hermina Sukmaningtyas, M.Kes dan drg. Henry Setyawan S, MSc selaku pembimbing metodologi penelitian, Kepala RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Kepala Departemen Radiologi RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Kepala Departemen Patologi Klinik RSPAD Gatot Subroto Jakarta, dan Kepala Bagian Administrasi Pasien RSPAD Gatot Subroto Jakarta beserta staf, serta semua pihak yang telah membantu penyusunan artikel karya ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
------ End |
Berbagi Bersama Kami
Visitor Counter
Hari ini | 340 | |
Kemarin | 392 | |
Minggu Ini | 1943 | |
Bulan Ini | 9712 |