Sekilas Yayasan
Informasi
- Artikel-Seputar Hepatitis
- Artikel-Sirosis Hepatis
- Artikel-Perawatan Hepatitis
- Artikel-Vaksin dan Imunisasi
- Article in English
- Info Hepatolog Jakarta
- Info Hepatolog Cilegon
- Info Hepatolog Bandung
- Info Hepatolog Surabaya
- Info Hepatolog Malang
- Info Hepatolog Denpasar
- Info Hepatolog Medan
- Info Hepatolog Makassar
- Info Hepatolog Yogyakarta
- Info Hepatolog Solo
- Info Hepatolog Semarang
- Info Hepatolog Palembang
- Info Hepatolog Jambi
- Info Hepatolog Pekanbaru
- Kumpulan Liputan TV
- Tentang B-care
- Kegiatan Yayasan
- Kegiatan Berbagi
- DONASI
Artikel Bebas
Farmacia : Komitmen Bersama Kendalikan Infeksi HBV |
Sumber : Majalah Farmacia - Gerai - Vol.11 No.1, Agustus 2011 Hari Hepatitis Dunia diperingati setiap tanggal 28 Juli. Infeksi hepatitis baik B maupun C saat ini menjadi masalah kesehatan yang besar di dunia. Jumlah penderita yang besar, penularan yang cepat, hingga sulitnya terapi menjadi bagian dari masalah. Kampanye tentang kepedulian terhadap infeksi hepatitis terus dilakukan, baik kepada masyarakat maupun kalangan medis. Juli lalu, dalam rangka memperingati World Hepatitis Day 28 Juli 2011, Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) dan Novartis Indonesia menyelenggarakan simposium ilmiah tentang hepatitis B kronis, "Sebivo Scientific Meeting". Acara ini menghadirkan pembicara para pakar hepatologi dari PPHI dan diikuti sekitar 150 dokter spesialis penyakit dalam yang sehari-hari bergelut menghadapi pasien infeksi hepatitis B kronis. Terapi utama untuk penyakit hepatitis B kronis saat ini masih mengandalkan antivirus dan imunomodulator. Kebutuhan akan obat yang poten, efek samping minimal, potensi resistensi juga minimal, dan harga yang terjangkau. Telbivudine, suatu nukleotida analog, menjadi salah satu pilihan terapi untuk infeksi hepatitis B kronis. Dalam acara ini, ditampilkan data-data terbaru dan pengalaman klinis dokter yang menggunakan telbivudine. Salah satu dasar terapi klinis dengan telbivudine adalah hasil studi studi GLOBE yang membandingkan langsung (head to head) telbivudine dengan lamivudine. Dalam studi ini telbivudine lebih cepat dan kuat menurunkan kadar HBV DNA dibandingkan lamivudine. Melalui studi 019, telbivudine juga lebih cepat dan kuat dalam menurunkan kadar HBV DNA dibandingkan adefovir. Jika dibandingkan dengan entecavir, kedua agen antivirus ini memiliki potensi antiviral sama kuat melalui studi kinetika. Terapi dengan telbivudine bisa dilihat dari minggu ke-24 terapi sebagai prediktor awal keberhasilan terapi. Oleh karena itu dalam roadmap manajemen terapi hepatitis B kronik, penting untuk memonitor kadar HBV DNA secara berkala (minggu ke-12, ke-24, ke-48, dst). Hal ini penting untuk membantu menilai respon virologi dini yang dapat memprediksi outcome dan meminimalkan resiko resistensi. Hasil studi GLOBE terapi telbivudine selama 2 tahun menunjukkan, telbivudine superior dibandingkan lamivudine pada pasien HBeAg+ dan HBeAg– pasien hepatitis B kronik dalam hal respon terapi, efikasi antiviral, normalisasi ALT pada pasien HBeAg+ dan kecenderungan terjadinya HBeAg loss dan serokonversi HBeAg. Untuk pasien dengan kadar ALT ≥2 × ULN, serokonversi dan HBeAg loss dengan telbivudine lebih superior. Serokonversi setelah penghentian terapi tetap dipertahankan mencapai > 80%. Tidak terdeteksinya HBV DNA setelah minggu ke-24 merupakan prediktor keberhasilan terapi selama 2 tahun dengan telbivudine. Hasil terbaik dicapai pasien yang menunjukkan respon terapi di minggu ke-24 (PCR negatif) dengan HBV DNA <9 log10 copies/mL dan ALT ≥2 × ULN untuk pasien dengan HBeAg+, atau pasien dengan HBV DNA <7 log10 copies/mL untuk pasien dengan HBeAg–. Profil pasien seperti ini merupakan cermin dari pasien hepatitis B kronik di Asia. Bagaimana jika terapi diperpanjang hingga 4 tahun? Studi 2303 yang merupakan kelanjutan studi GLOBE, di mana telbivudine diberikan hingga 4 tahun, menunjukkan 79% pasien dengan HBeAg+ tetap menunjukkan hasil tes PCR negative, 86& mengalami normalisasi ALT dan 51% pasien mengalami serokonversi. Sedangkan untuk pasien dengan HBeAg-, 84% menunjukkan PCR negatif dan 91% mengalami normalisasi ALT. Dalam studi ini tetap bahwa supresi virus di minggu ke-24 masih menjadi prediktor keberhasilan terapi. Pasien yang berhasil mencapai HBV DNA negatif di minggu ke-24, pada akhir terapi di tahun ke-4, 92% masih menunjukkan PCR negatif dan 88% ALT normal, dan 64% serokonversi untuk pasien dengan HBeAg+. Untuk pasien dengan HBeAg-, 86% menunjukkan PCR negatif, 90% ALT normal. Profil keamanan yang baik tetap berlanjut hingga tahun ke-4. Telbivudine saat ini sudah tersedia di ASKES dan beberapa Jamkesda. Novartis Indonesia juga sudah melakukan kerjasama dengan laboratorium Paramita untuk pemeriksaan HBV DNA gratis, dengan ysarat dan ketentuan yang ditentukan.
------- End
|
Berbagi Bersama Kami
Visitor Counter
Hari ini | 103 | |
Kemarin | 392 | |
Minggu Ini | 1706 | |
Bulan Ini | 9475 |