banner
banner

Partners

banner
 
 

Artikel Bebas

Farmacia : Diagnosa dan Tatalaksana Hepatitis B untuk Dokter di Garda Depan Print E-mail

Sumber : Majalah Farmacia, Edisi Februari 2011 ( Vol 10. No. 7) , hal 44.

Simposium Hepatitis Virus dan Penyakit Hati, Jakarta

 

HBV akut pada umumnya tidak memerlukan obat antiviral, karena penderita dewasa umumnya dapat menyembuh dan virus dapat menghilang secara spontan 

Prof. Dr. H. Ali Sulaiman, PhD, SpPD-KGEH, nampak sumringah pagi itu saat memberikan materi tentang hepatitis di hadapan lebih dari 500 dokter puskesmas sejabodetabek, Januari lalu. Di hadapan wartawan yang mencecarnya dengan sejumlah pertanyaan,  Ali mengungkapkan alasan kegembiraannya : World Health Assembly (WHA) dalam sidang di Genewa 2010 lalu, telah menyetujui untuk mengadopsi resolusi mengenai hepatitis virus masuk dalam agenda  prioritas WHO. "Kami merasa memiliki harapan dalam menangani penyakit ini," ujarnya sambil melirik Dr. Dien Emawati, MKes, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Dien, merespon keinginan Ali dalam hal penanganan hepatitis, salah satunya dengan membuat simposium untuk meningkatkan kompetensi dokter umum di bidang hepatitis. Keputusan WHO dan juga respon pemerintah, sedikit mengobati kegundahan Ali yang puluhan tahun berkutat dengan penyakit hepatitis.

Ali pantas gundah. Penyakit yang menyerang organ terbesar kedua di dalam tubuh ini, bukanlah penyakit sepele. Sekitar 500.000 sampai 1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat infeksi hepatitis B kronik, dan menempatkan penyakit ini berada pada posisi ke sepuluh penyebab kematian utama di dunia. "Indonesia, tergolong negara dengan jumlah pengidap hepatitis B  nomor 3 terbesar di kawasan Asia Pasific dengan jumlah 11,6 juta penderita," ujar Ali memaparkan beratnya masalah di Indonesia. Ia menambahkan data terbaru Riskesdas menunjukan angka prevalensi HBsAg adalah sebesar 9,4 persen, yang berarti bahwa terdapat seorang pengidap hepatitis B di antara 10 orang penduduk Indonesia.

Kekhawatiran Ali bertambah, karena virus hepatitis B sangat mudah menular –100 kali lebih mudah menular dibandingkan HIV – dan 40 persen orang yang mengidap hepatitis B kronik akan mengalami penyakit hati lanjut. 

Saat ini, di dunia tak kurang dari dua milyar orang terinfeksi virus hepatitis B, dan hampir 350 juta orang hidup dengan hepatitis B kronik, dan dalam jangka panjang berisiko tinggi untuk mengalami kerusakan hati. Virus hepatitis B merupakan virus yang sangat bandel dan dapat bertahan selama paling tidak satu minggu di permukaan dengan suhu kamar. Virus hepatitis B hidup dalam darah orang yang telah terinfeksi, tetapi jika jumlahnya dalam tubuh sudah sangat banyak, virus ini juga bisa ditemukan di air seni, kotoran manusia, keringat, air mata, dan air susu ibu. Penularannya terjadi dengan berbagai cara, pada proses persalinan saat ibu yang terinfeksi hepatitis B dapat menularkan kepada bayinya, hidup bersama dengan orang yang telah terinfeksi, atau hubungan sex berisiko tinggi. Penularan juga terjadi akibat terpapar darah atau produk darah yang sudah terinfeksi virus hepatitis B, penggunaan jarum atau suntik secara bergantian, dan penggunaan berulang jarum akupuntur atau alat tato yang tidak disterilisasi atau dibersihkan sebagaimana mestinya.

Akut atau Kronik ?

"Infeksi  virus hepatitis  dapat bermanivestasi dalam dua bentuk, yaitu hepatitis B virus (HBV) akut dan hepatitis B virus kronik," ujar Ali. Hepatitis B virus akut merupakan salah satu penyebab hepatitis ikteruk akut pada orang dewasa. Seseorang yang telah terinfeksi selama kurang dari 6 bulan disebut telah mengalami hepatitis B akut. Kabar baik untuk orang dewasa jika terkena infeksi virus hepatitis B : "Kebanyakan kasusnya akan menyembuh dan menghasilkan imunitas seumur hidup," ujar Ali. Sedangkan anak-anak, atau mereka yang memiliki sistem imunitas tubuh rendah, tidak sanggup secara alamiah untuk melawan infeksi virus ini. Sebanyak 90 persen bayi baru lahir dan 30 persen balita penyakitnya akan berkembang menjadi kronik.

Masa inkubasi rata-rata adalah 60-90 hari dengan variasi antara 40 hingga 160 hari. Pada awal penyakit, urai Ali keluhan dan gejalanya samar dan tidak khas. Kejadian hepatitis B berlangsung perlahan-lahan ("insidious")dengan gejala yang tidak spesifik, seperti rasa lesu (malaise), tidak nafsu makan, dan rasa sakit di perut sebelah kuadran kanan, demam jika ada bersifat ringan. Dalam 30-50 persen dapat timbul kuning (ikterus). Dengan meningkatnya kuning, maka warna air seni yang kuning menjadi lebih gelap, dan warna tinja menjadi lebih pucat. Penyakit berlangsung dari 1 minggu hingga 6 minggu, namun bisa memanjang dan bisa menjadi fulminan. Penyakit ini tidak bisa dibedakan secara mudah melalui riwayat penyakit, pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan rutin test biokimiawi.

Lantas, bagaimana cara mendiagnosisnya? Ali memaparkan, diagnosa ditegakkan ketika ditemukan penanda serum antigen surface/antigen-s (HBsAg) dalam darah seorang pasien dan IgM anti HBc dalam serum. Peningkatan titer IgM anti-HBc mengindikasikan proses infeksi akut. Yang terpenting diungkapkan Ali, HBV akut pada umumnya tidak memerlukan obat antiviral, karena penderita dewasa umumnya dapat menyembuh dan virus dapat menghilang secara spontan. "Pemberian obat antiviral sangat jarang diperlukan, mungkin hanya kurang dari 1 persen saja, yaitu pada kasus yang berat dan agresif seperti pada hepatitis fulminan atau pada penderita dengan immunocompromised. Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatis saja," ujar Ali. Guru besar dari divisi hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam ini memaparkan HBV akut bisa berkembang menjadi HBV kronik dan angka kejadiannya kurang dari 5 persen pada penderita dewasa.

Jika virus hepatitis B bertahan dalam tubuh selama lebih dari enam bulan maka seseorang dinyatakan telah mengalami infeksi kronik. Hepatitis B kronis ditandai dengan HbsAg positif dalam serum lebih dari 6 bulan, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. CarrierHbsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi.

Diagnosis infeksi hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virology, biokimiawi, dan histology. "Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi hepatitis B kronik adalah HbsAg, HbeAg, anti HBe, dan HBV DNA," kata Ali. HbeAg biasanya muncul 1 minggu setelah HbsAg ditemukan dan menghilang sebelum muncul anti-HBs. Jika HBeAg serum masih ada setelah 10 minggu, penderita dinyatakan sebagai carrier kronis. Pengukuran jumlah HBV DNA serum sangat penting dilakukan karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus.

Pemeriksaan SGPT/ALT dapat dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi.  Kadar SGPT/Alanine aminotransferase (ALT), yaitu suatu enzim yang dilepaskan oleh hati ketika terjadi nekroinflamasi atau peradangan hati. Pasien dengan kadar ALT tinggi menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada pasien dengan ALT normal. 

Pemeriksaan kadar ALT, juga penting dilakukan untuk menentukan keputusan terapi. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. "Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif," kata Ali. Tujuan pemeriksaan histology, menurut ahli yang lahir tahun 1939 itu, adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis, dan menentukan manajemen anti viral.

"Dalam merencanakan pengobatan maka isu yang sangat penting adalah efikasi, keamanan, kekerapan timbulnya resistensi, cara pemberian obat, dan biaya," ujar Ali menegaskan. Pada saat ini terdapat 7 macam obat untuk hepatitis B kronik yang telah disetujui oleh FDA, yaitu interferon alfa-2b, lamivudin, adefovir, entecavir, telbivudine, dan tenofovir. Inteferon alfa sudah diganti oleh peginterferon alfa-2a. Obat yang termasuk nukleos(t)ide analog (NA) adalah lamivudine, adevoir, entecavir, telbivudine, dan tenofovir. Keunggulan obat NA adalah diberikan secara peroral, efek samping yang relatif tidak signifikan dalam waktu yang lebih panjang, dengan risiko terjadinya mutasi antivirus yang resisten.

 

-------   End    

 

 

 

Berbagi Bersama Kami

banner

Partners

Media Sosial

 

Visitor Counter

mod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_counter
mod_vvisit_counterHari ini213
mod_vvisit_counterKemarin392
mod_vvisit_counterMinggu Ini1816
mod_vvisit_counterBulan Ini9585