Terobosan Terbaru Melindungi dan Memperbaiki Fungsi Hati Secara Alami ((Ethical Digest) Print

Sumber : ETHICAL DIGEST (Semijurnal Farmasi & Kedokteran), No. 105, Tahun X, November 2012

Ditulis : Team redaksi

 

Terapi CAM banyak digunakan dalam penggunaan dan penyakit hati. Polyunsaturated Phosphatidylcholine (PPC), Alpha Lipoic Aci (ALA), Sylimarin dan Schisandrae memiliki bukti klinis dapat memperbaiki fungsi hati.

 

Upaya pencegahan dan pengobatan penyakit hati, tidak hanya menggunakan obat-obatan konvensional. Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan complementary and alternative medicine mulai marak digunakan dalam pengobatan penyakit hati. Bukan untuk menggantikan terapi konvensional, tetapi sebagai pelengkap dari terapi yang sudah ada. Herbal yang dimaksud antara lain Alpha Lipoic Aci (ALA), Polyunsaturated Phosphatidylcholine (PPC), Sylimarin dan Schisandrae yang dikombinasikan dalam satu sediaan.

 

Alpha Lipoic Aci (ALA),  yaitu antioksidan kuat yang diproduksi secara alami oleh tubuh dan dapat diperoleh dari makanan. ALA menghambat fibrosis hati, dengan melemahkan respon inflamasi yang dicetuskan ROS, serta menghambat aktivasi HSC melalui PDGF dan TGF-beta.

 

DR. dr. Rino Alvani Gani, SpPD-KGEH, FINASIM, sependapat dan menyatakan bahwa ALA terbukti secara klinis dapat mencegah perkembangan fibrosis. ALA dapat mencegah terjadinya NAFLD (Non alcoholic fatty liver disease) melalui beberapa mekanisme. Seperti mengurangi staetosis (perlemakan hati), stress oksidatif, aktivasi imun, dan inflamasi di hati.

 

Pada saat terjadi infeksi, reaksi autoimun, dan terpapar radikal bebas, hati akan mengalami proses regenerasi. Sel yang cedera akan akan digantikan oleh sel-sel dari jenis yang sama, tanpa meninggalkan sisa kerusakan.  Menurut Prof. DR. dr. David Handojo Muljono, SpPD, FINASIM, PhD, pada Liver Update di Hotel Borobudur, Jakarta, 12 Oktober 2012. "Jika paparan berlangsung terus menerus atau persisten, bersifat besar dan intens, di hati akan terjadi fibroplasia. Jaringan yang normal akan digantikan jaringan fibrosis secara permanen".

 

Fibrosis hati terbentuk sebagai respon normal penyembuhan hati terhadap sejumlah cedera kronik, baik yang disebabkan oleh NASH, alkohol, obat-obatan, penyakit imun, gangguan koleostatik, penyakit parasit, virus hepatitis, maupun penyakit metabolik. Hepatitis kronik dengan fibrosis dapat menyebabkan sirosis hati, yang berakhir pada dekompensasi hati, meningkatnya risiko hepatocelular carcinoma (HCC) dan hipertensi portal yang berujung pada kematian.

 

Pembentukan fibrosis erat kaitannya dengan hepatic stellate cell (HSC), yaitu sel yang menjaga integritas jaringan hati. Ketika terjadi inflamasi, membran sel di permukaan HSC mengalami kerusakan dan mencetuskan aktivasi dari sel ini. Setelahnya, akan terjadi respon seluler pembentukan fibrosis dan pada fase akhir akan terjadi resolusi berupa apoptosis, pembersihan sisa jaringan fibrosis dan pembentukan jaringan kembali.

 

Diketahui bahwa fibrosis hati bersifat reversible. "Pertanyaannya, apakah sirosis hati juga bersifat reversible ? Jawabannya : ya "ujar Prof. David. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi reversibilitas hati, di antaranya onset, luas dan jenis sel yang membentuk scar, cross linking scar, ketebalan jaringan fibrosis, keseimbangan protease (MMP) dan inhibitornya (TIMP). Juga faktor lain seperti genetik danetiologi penyebab fibrosis.

 

Cara paling efektif untuk memperbaiki fibrosis, adalah dengan menyingkirkan stimulus penyebab fibrosis. Tapi, hal ini sering tidak memungkinkan. Sehingga, terapi lebih ditujukan pada peningkatan peluang hidup penderita, yaitu dengan mencegah dan mengurangi akumulasi scar.

 

Antioksidan lain yang telah diteliti untuk ,emgatasi fibrosis hati adalah  Polyunsaturated Phosphatidylcholine (PPC). Fosfatidilkolin merupakan komponen dari membaran sel. Saat terjadi cedera,  fosfatidilkolin yang hilang dapat digantikan oleh PPC, sehingga melindungi membran sel hati dari kerusakan, dan menurunkan fibrogenesis. Penggunaan PPC juga terbukti menurunkan fibrosis dan sirosis hati akibat penggunaan alkohol.

 

Beberapa produk alami dan herbal, juga telah diteliti sebagai hepatoprotektor yaitu Silymarin dan Schisandrae. Silymarin mengandung sejumlah flavonoid aktif (silybin, silydianin dan silychristin) yang bekerja sebagai hepatoprotektor. "Silymarin terbukti dapat menurunkan alanin dan aspartate transaminase, alkaline phospatase dan fibrosis hati secara signifikan", kata dr. Rino. Ini karena silymarin mencegah kerusakan sel hati oleh radikal bebas, memiliki efek anti inflamasi, meningkatkan regenerasi sel hati dengan meningkatkan glutation dan melindungi hati dari CC14, ethanol (alkohol) dan penggunaan asetaminofen.

 

Di China dan India, Scisandrae (Wu Wei Zi) merupakan tanaman yang populer untuk mengobati penyakit hati. Schisandrae mampu mencegah dan mengurangi kerusakan molekul lemak (oxydized fat) akibat paparan CC14 terhadap sel-sel hati, juga mampu menormalkan enzim transaminase. Hasilnya menunjukan, bahan-bahan alami seperti  Phosphatidylcholine (PPC), Alpha Lipoic Aci (ALA), Silymarin dan Schisandrae yang dikombinasikan dalam satu sediaan, biasa ditemukan dalam produk Maxiliv®.

 

------ End