banner
banner

Partners

banner
 
 

Artikel Bebas

Kecewa - Malu - Introspeksi Print E-mail

Ditulis oleh : Edhie Purwanto (Ketua Yayasan Budi Lukmanto)

 

Setiap orang tentu menginginkan sesuatu yang lebih baik dalam perjalanan kehidupannya. Bermacam-macam bentuk keinginan dan cara mewujudkannya. Ada yang ingin menjadi pemimpin, ada pula yang ingin menjadi karyawan dengan jabatan lebih tinggi, baik di pegawai negeri maupun swasta, ada yang ingin berwiraswasta dan lain sebagainya.

 

Dalam proses mewujudkan keinginan, tentunya dibutuhkan sumber daya baik waktu, tenaga, dana, pikiran dan sebagainya yang terkait. Misal ingin menjadi  Kepala Daerah, maka dibutuhkan modal berupa dana yang akan digunakan untuk kampanye. Seseorang yang ingin berwirausaha, maka dibutuhkan modal dana untuk membeli barang yang akan dijual kembali, begitu pula seseorang yang ingin memiliki jabatan/karir lebih tinggi dalam sebuah perusahaan, mereka harus belajar lagi dan bersaing dengan rekannya. Semua membutuhkan modal dan harus bersaing.

 

Terkadang apa yang diinginkan tidak terwujud, tidak sesuai dengan harapan. Ketika apa yang diinginkan atau diharapkan tersebut tidak sesuai harapan, maka akan menimbulkan perasaan yang bermacam-macam, pada umumnya perasaan tersebut adalah KECEWA.

 

Pada saat perasaan kecewa itu muncul, apalagi biaya, pikiran dan waktu yang sudah dikeluarkan relatif besar. Perasaan kecewa itu sangatlah sulit untuk dikendalikan atau diredakan begitu saja, padahal tentunya semua harus diperhitungkan dari awal kemungkinan akan tidak tercapainya apa yang diinginkan. Kecenderungan perasaan kecewa tersebut akan diungkapkan kepada rekan-rekan yang tentu juga memiliki pengalaman yang sama, sehingga seakan-akan mendapat dukungan. Terkadang pengungkapan perasaan tersebut diikutin dengan ungkapan provokasi. Sehingga menimbulkan konflik yang tentu menimbulkan efek yang merugikan.

 

Ada pula ketika kecewa tersebut dialami individu, karena keinginan jabatan/karir yang diinginkan tidak terwujud, padahal sudah merasa memberikan yang terbaik. Ungkapan kekecewaan diwujudkan dengan mengurangi apa yang mampu diberikan selama ini, bahkan terkadang lebih ekstrem memperlambat kemampuan produksinya.


Apakah hal ini bisa dikatakan bahwa semua itu wajar, karena kalau dianggap wajar maka bisa pula dianggap bisa dibenarkan ?

 

Jika dilakukan sebuah penelitian, dan ternyata kemudian memberikan hasil yang mengatakan wajar, tentu diikutin dengan bermacam-macam alasan. Hal tersebut bisa dikatakan akan semakin kompleks kehidupan kita sebagai manusia di dunia ini dan semakin banyak konflik yang akan terjadi dan semakin banyak kemunduran akan terlihat.

 

Bisakah kekecewaan tersebut diikutin dengan perasaan MALU ?. Malu disini bukan menimbulkan rasa rendah diri, namun rendah hati. Sehingga malu disini memiliki arti untuk melakukan INTROSPEKSI ke dalam, untuk mencoba mencari kekurangan yang ada dalam diri kita ketika apa yang kita inginkan tidak terwujud, jangan mencari alasan-alasan penyebab ketidak berhasilan mewujudkan keinginan tersebut.  Memang terkadang sulit untuk menjadi rendah hati, karena merasa kekecewaan tersebut menyinggung harga diri.

 

Kematangan atau kedewasaan seseorang yang menentukan untuk dapat melihat setiap kekecewaan yang muncul karena keinginannya tidak tercapai. Kematangan itu menjadikan seseorang yang rendah hati, kemudian diikuti dengan proses menelaah ke dalam, kekurangan-kekurang yang mana harus diperbaiki. Semakin matang atau dewasa seseorang akan semakin mudah untuk mengendalikan kekecewaan yang dialaminya menjadi sesuatu pemicu untuk lebih baik lagi di kemudian hari.

 

Kematangan atau kedewasaan tersebut akan membuat pertumbuhan, baik pengetahuan atau mental,   karena sikap introspeksi membuatnya belajar lebih giat lagi dari sebelumnya. Jika kekecewaan dimunculkan dengan ekspresi kemarahan, maka kekecewaan tersebut akan membuatnya semakin kecil, karena akan menutup kemungkinan dirinya untuk belajar, atau juga memboikot kemampuan menghasilkan suatu prestasi yang seharusnya mampu dihasilkan, sehingga semakin lama kemampuan berprestasi yang seharusnya dimiliki akan berkurang.

 

Terkadang ada orang yang sering mendengar ceramah atau membaca buku pengembangan diri, namun ketika kekecewaan dialaminya, semua yang sudah didengar dan dipelajarinya seakan-akan tertutup atau bahkan lupa sama sekali, dengan alasan kekecewaan tersebut muncul diakibatkan sesuatu yang tidak adil, atau karena merasa tersakiti. Padahal kalau mau dilihat lebih dalam hal tersebut, karena ego nya yang masih tinggi untuk dapat menerima kekecewaan dalam kacamata positif, sehingga menghalangi tindakan malu dan introspeksi yang seharusnya dilakukan.

 

Jika budaya KECEWA - MALU - INTROSPEKSI ini banyak dimiliki oleh orang-orang kita yang sebenarnya secara individu memiliki potensi kecerdasan tidak kalah dibandingkan individu negara lain, maka suatu keyakinan yang pasti jika kita akan memiliki kemajuan yang akan lebih baik dari sekarang dalam segala hal.

 

Mari......ketika kita KECEWA, cobalah untuk MALU, supaya kita bisa INTROSPEKSI untuk melihat kelemahan-kelemahan kita.

 

----  End   

 

Berbagi Bersama Kami

banner

Partners

Media Sosial

 

Visitor Counter

mod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_counter
mod_vvisit_counterHari ini241
mod_vvisit_counterKemarin234
mod_vvisit_counterMinggu Ini1341
mod_vvisit_counterBulan Ini1456